Translate

Minggu, 18 Januari 2015

9 Blok Model Bisnis RINSO

BERANI KOTOR ITU BAIK.
Siapa sih orang Indonesia yang gatau motto itu? Yes, you’re right. Itu adalah mottonya Rinso yang merupakan merek deterjen pertama yang ada di Indonesia keluaran peruhaan raksasa Unilever. Produk Rinso ini bisa dibilang sudah menjadi deterjen nomor 1 di Indonesia. Gampang saja menilainya. Karena hampir semua orang kalau mau membeli deterjen tapi bilangnya mau beli Rinso. Padahal kan Rinso itu merk dan belum tentu yang mau dibeli benar-benar merk Rinso. Well, itu sih penilaian kasat mata gw aja, tapi memang bener kok. Rinso adalah deterjen no. 1 yang paling sering dan umum digunakan.
Eits, tapi kali ini gw bukan mau ngebahas soal dia nomor 1 atau nomor 2 nih. Kali ini gw akan menganalisis 9 blok model bisnis dari Rinso. Tanpa malu- malu kucing dan meong lagi, langsung gw rincikan ya:

1.       Customer Segments
Bersifat massal, mulai dari kalangan atas, menengah, dan bawah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Target pasarnya yaitu seluruh ibu di Indonesia yang mempunyai daya beli yang mementingkan kualitas dan jaminan keamanan untuk keluarganya. 

2.       Value Proporsition
Rinso memberikan pilihan rangkaian produk yang lengkap untuk seluruh ibu di Indonesia baik dari segi format maupun fungsi (diferensiasi product) yang sesuai dengan kebutuhan seluruh ibu Indonesia. Diferensiasi yang dilakukan oleh produk Rinso selama ini diwujudkan dalam bentuk atribut seperti kandungannya, wewangiannya, anti kuman, tidak merusak kulit tangan, atau tidak mencemari lingkungan. 

3.       Distribution Channel
 PT. Unilever Indonesia dengan produk Rinsonya menggunakan saluran distribusi dengan menggunakan distributor, dimana hal ini dilakukan karena : konsumen pemakai tersebar diseluruh Indonesia, maka penggunaan saluran distribusi sangat membantu di dalam menjangkau para konsumen yang tersebar di wilayah yang sangat luas. Distributor PT. Unilever terdiri dari berbagai pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern terdiri hypermarket, supermarket, dan minimarket. Sedangkan pasar tradisional terdiri dari agen-agen di pasar tradisional, kios dan warung di sekitar pemukiman warga.

4.       Customer Relationship
Produk Rinso banyak diiklankan melalui media televisi, media cetak seperti majalah dan tabloid dengan segmen wanita dan keluarga seperti majalah Kartini,  Femina, tabloid  Nova dan lain-lain. Disamping itu juga promosi melalui billboard di jalan-jalan dan kegiatan Below the Line (melakukan edukasi pasar yang seperti dilakukan selama ini yaitu: berani kotor itu baik, peduli bumi bersih dan aksi satu tutup botol). Rinso pun menggandeng enam perusahaan mesin cuci seperti Electrolux, Sharp, Samsung, Sanyo, Toshiba dan Panasonic untuk meningkatkan penjualan produknya, terutama deterjen Rinso Matic yang khusus dibuat untuk mesin cuci. Selain itu media virtual juga dimanfaatkan untuk promosi yaitu melalui website (www.unilever.co.id) atau (www.rinso.co.id) dan jejaring social facebook.

5.       Revenue Stream
Pasar swalayan, agen, pasar tradisional, pengecer, dsb.

6.       Key Resources
Sumber daya kunci Rinso pada awalnya adalah kebutuhan konsumen yang tidak terpenuhi sehingga mendorong Rinso untuk memenuhina melalui inovasi dari tim SDM.

7.       Key Activities
Aktivitas utama untuk menjalan bisnis dari Rinso adalah memproduksi, mendistribusikan, dan memasarkan produk Rinso, serta menjawab setiap kebutuhan konsumen.

8.       Partner Nertwork
Pemasok bahan baku, agen pemasaran, media iklan, dsb

9.       Cost Structure
Biaya-biaya yang diperlukan tentu saja mencakup biaya produksi, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya pengembangan produk, penggajian tenaga kerja, dan lain-lain.


Maju Mundur Cantik di Mall Kawasan Jalan Asia Afrika!!!

Kali ini penulis sudah asyik jalan-jalan keliling kota Jakarta tercinta, dengan ditemani kemacetan tentunya, hehe.. Dimana sih Jakarta yang ga macet? Setelah berjuang menghadapi kemacetan, akhirnya sampai juga di Jalan Asia Afrika. Nah, di Jalan Asia Afrika ini ada beberapa Mall/pusat perbelanjaan yang saling bersaing tentunya. Saya bersama rekan-rekan saya melakukan observasi terhadap 3 Mall ini. Ketiga mall itu tidak lain adalah Senayan City, Plaza Senayan, dan STC Senayan. Tanpa basa basi lagi yuk kita lihat apa aja sih bedanya dari 3 mall itu?

Sebagai anak Jakarta Utara tepatnya Sunter, yang biasanya mainnya mentok – mentok di Mall Kelapa Gading, MOI, dan sekitarnya. Sekali – kali mau ah menjelajah ke mall –mall di Jakarta Selatan (biar ga kudet gitu loh). Tepatnya di sederetan mall di Jalan Asia Afrika.
Nah hari ini bersama temen-temen kampus mengunjungi 3 mall yaitu Mall STC Senayan, Senayan City, dan Plaza Senayan. Aji mumpung nih dapet tugas kampus untuk analisis tingkat persaingan dari masing-masing mall tersebut. Jadi ya why not? Kan sekalian jalan-jalan cantik.

Okay, here I come analysis! Menurut gw tingkat persaingan paling gampangnya dilihat dari 3 hal dasar yaitu  gedung yang dimiliki, jumlah pengunjung dankelengkapan produk/outlet yang ada.

Nah, berdasarkan ketiga kunci itu, gw akan membahas lebih lanjut masing-masing mall tersebut.

STC Senayan

  • Gedung : desain lama,  kurang menarik, tapi dalamnya masih lumayan. Beda segmen pasar dengan 2 mall yang akan dibahas selanjutnya.
  • Pelanggan : sepi. Tergolong mall yang kurang suskes. Bahkan sebenernya gw aja baru tau kalo ada yang namanya STC Senayan.
  • Kelengkapan produk/toko : kebanyakan menjual barang-barang hobi dan juga terdapat restoran restoran berbentuk cafe.

Senayan City

Atau yang biasa nama gaholnya disebut Senci.
  • Gedung  :  mewah, desain jaman sekarang, bagus
  • Pelanggan : cukup ramai tapi tidak sampai susah jalannya. Rata-rata segmen pasarnya kelas menengah ke atas.
  • Kelengkapan produk/toko : lengkap dari fashion, kuliner, tempat bermain anak, dll.

Plaza Senayan

Atau yang biasa disebut PS.
  • Gedung  :  kalau diurutkan dengan 2 mall di atas. Ini ke2 termewah setelah Senayan City, tapi jauh sih sebenernya. Jauh lebih keren dan mewah Senayan City. 
  • Pelanggan : kalau diurutkan dengan 2 mall sebelumnya juga memegang urutan ke2 setelah Senayan City. Agak sepi mungkin karena segmen pasarnya kelas atas ditandai dengan banyaknya toko-toko branded.  
  • Kelengkapan produk/toko : lengkap dari fashion, kuliner, tempat bermain anak, dll dan tentunya toko-toko dengan roduk branded.

Kesimpulannya sih ketiga mall tersebut memegang target pasar masing-masing. Sesuai dengan judul posting gw kali ini "Maju mundur cantik", karena masing - masing mall punya target dan spesialisasinya masing-masing. 

Analisis Produk Ultramilk

Halo, sekarang saya akan membahas labeling dari produk Ultramilk.
Kemasan bagian depan dan atas
Bagian belakang 
Bagian depan dan samping
1. Logo/ Merk Dagang :
Produk Ultramilk tentunya sudah memiliki logo/merk dagang, yaitu di bawah naungan Ultrajaya.

2. Nama produk :
Seperti yang tercantum paling besar di kemasannya. Nama produk ini adalah Ultramilk. Nama produk ini dibuat simple dan mudah diingat. Yaitu Ultra yang merupakan merk dagangnya dan mik yang artinya susu. Jadi intinya ini adalah susu keluaran Ultrajaya.

3. Jenis produk :
Ultramilk merupakan susu cair kemasan siap minum yang dikemas dalam berbagai jenis kemasan, mulai dari botol, kotak karton kecil maupun besar. Jenis produkya dicantumkan jelas di bagian depan, baris tengah sebelah kiri, yaitu susu UHT.

4. Logo Halal :
Tercantum bulat di bagian depan kanan bawah produk.

5. Berat Netto :
Ultramilk memampangkan berat netto produk mereka di bagian depan dari kemasannya, di sebelah paling kiri bawah bersebelahan dengan logo halal. Berat netto produk Ultra yang saya bahas kali ini adalah 200ml.

6. Perizinan (PIRT):
Tentunya Ultramilk telah mempunyai perijinan produk karena telah masuk ke pasar Internasional, yaitu No BPOM yang dicantumkan kecil di atas berat netto.

7. Penjelasan produk :
Fresh Care menyediakan penjelasan dari produknya, seperti kegunaan, cara pakai dll di bagian atas dan belakang.

8. Expire date :
Expire date dari produk dicantumkan pada bagian atas kemasan. Di samping tempat menancapkan sedotan.

9. Barcode :
Barcode terletak pada bagian samping kemasan. Barcode berguna saat di supermarket, barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer.

10. Komposisi :
Komposisi dan nilai gizi dari Ultramilk tercantum pada bagian belakang kemasan.

11. Alamat dan keterangan produsen :
Produsen Fresh Care adalah PT. Ultra Jaya Milk Industry, Padalarang, Bandung, 40552, Indonesia. Alamat dan keterangan produsen ini dicantumkan di bagian depan kemasan, di atas no perizinan BPOM.

Menurut saya Ultramilk sebagai produk yang sudah melakukan pengemasan produknya dengan sangat terpadu antara produk dan atributnya. Semua informasi yang diperlukan konsumen tertera jelas. Kemasan pun didesain praktis serta tidak mudah bocor atau robek sehingga produk susu cair ini praktis dibawa kemana-mana.

Target pasar Ultramilk pun cukup luas, dari anak-anak hingga dewasa baik pria ataupun wanita dengan segmen menengah ke atas. Varian rasanya pun beragam sehingga menyesuaikan dengan selera konsumen.

Kalau sapi bisa ngomong....

Hello! Hari ini gw punya cerita yang unik. Cerita ini datang dari seekor sapi yang tumbuh gemuk dan sehat bugar. Selain itu, sapi ini bersifat baik hati dan mulia. Ia sadar akan dirinya yang ternyata sangat berguna bagi manusia, dari ketika masih hidup ataupun sudah disembelih. Tapi ia tau terkadang tidak setiap manusia mengetahui seluruh fungsi dari dirinya. Oleh karena itu, sapi ini ingin mengungkapkan rahasia dari setiap bagian tubuhnya, mulai dari kepala hingga ekornya. Si sapi ingin dirinya tidak disembelih percuma hanya untuk mengambil dagingnya saja.

Oke, sekarang biarkan si sapi bercerita. Stay there ya Bloggers! Ini rahasia penting lohh! Duduk manis dan terus baca ya. Sapi mau cerita.



















Sekian ceritanya si sapi. Semoga semua sapi-sapi yang sudah kita sembelih hidup bahagia ya di alam sana. Thanks berat sapi untuk bantuannya selama ini. You are so kind and useful! Love you lah! Kiss kiss from human on earth!

Peluang Bisnis Hasil Muter-Muter Bus Wisata Ibukota Gratis

Ciao Bellaaaaa!!!!! 

Beberapa waktu yang lalu,  gw bersama-sama temen kampus cobain naik bus gratis yang nama Bus Wisata Keliling Ibukota Jakarta. Seharusnya bus beroperasi dari jam 9 pagi hingga 7 malam (Senin-Sabtu), sementara khusus hari Minggu beroperasi jam 12 siang sampai 7 malam. Namun hari itu gw datang di hari yang tidak tepat. Sudah menunggu berjam-jam di halte bus Juanda namun tak satupun bus yang lewat. Dengar - dengar karena adanya demo buruh daerah Monas sehingga bus tidak dapat beroperasi. Akhirnya kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan ke Monas dengan berjalan kaki karena jaraknya yang tidak jauh. 

Sepanjang perjalanan ke Monas, gw melihat banyak objek/tempat/kegiatan yang unik ternyata di sekitar sana. Mari gw share ya. 

First!
Objek ini adalah burung merak penghias jalan. Ketika melihat ini, langsung terbesit ide peluang bisnis di benak gw. Kenapa kota besar Jakarta kita ini tidak dipercantik penampilannya? Misalnya hiasan burung meraknya diberi lampu LED warna warni, pohon dikiri kanan jalan diberi lampu juga. Sehingga suasana kota menjadi lebih modern dan ceria. Selain itu juga menaikkan sisi estetika kota Jakarta yang dikenal dengan Kota Metropolitan. Apalagi di kota Jakarta itu dikenal dengan kemacetannya yang tak kenal waktu. Dengan adanya penghias jalan yang menarik, bisa menjadi hiburan bagi para pengemudi mobil.

Second!

Apabila kita berjalan-jalan di Monas, pasti kita disambut oleh deretan penjual makanan dan souvenir kaki lima. Bahkan mereka berjualan di depan plang peringatan dilarang perjualan. Namun sebenarnya saya agak kurang setuju dengan larangan pemerintah satu ini. Pemerintah hanya melarang saja tanpa memberikan solusi. Coba Bloggers pikirkan. Padahal orang-orang yang berkunjung ke Monas pasti butuh makanan dan minuman selama berkunjung / berwisata, mengingat Monas adalah salah satu objek wisata utama Jakarta dan merupakan taman kota. Sementara bagi turis atau pengunjung lokal, mereka juga ingin membeli souvenir khas Jakarta, sementara dari Monas sendiri belum menyediakan berbagai fasilitas tersebut. Kenapa pemerintah tidak merangkul mereka semua untuk melengkapi fasilitas di Monas? Caranya dengan mengumpulkan mereka di suatu area khusus yang dipercantik dan dirapikan. Misalnya dibangun Foodpark jajanan khas Jakarta dan Souvenirs Area. Selain pengunjung bisa makan dengan tenang dan nyaman, pedagang kaki lima pun sangat terbantu. Hal ini seperti simbiosis mutualisme karena menguntungkan dua belah pihak, dibanding pemerintah repot-repot berusaha membasmi mereka dengan hasil yang nihil. 

Nah, dua objek dan aktivitas di atas merupakan peluang bisnis yang gw dapatkan. Selanjutnya di bawah ini adalah beberapa potret hal unik dari Kota Jakarta. Here we go!!!! 

Third!
Hanya di Jakarta Bloggers bisa menemukan pekerjaan yang namanya Joki 3in1. Para joki inipun juga tidak bisa kita temukan sembarangan di seluruh Jakarta. Sesuai dengan namanya, para joki 3in1 ini hanya beroperasi di daerah-daerah dan waktu ketika peraturan 3in1 berjalan. Ini asli job khas Jakarta loh! 

Fourth!
Ini dia foto bus wisata keliling Jakarta yang seharusnya gw dan temen-temen naik (tapi sayang ga beroperasi di hari itu, pas banget). Dan uniknya semua pramudinya adalah wanita lohh! No man allowed!

Fifth!
Masih tentang Bus Wisata Keliling Ibukota. Bus ini bukan bus biasa loh. Ini bus double deck alias bus tingkat. Jadi kita ga perlu jauh -jauh ke Inggris untuk cobain naik bus double deck. Di Jakarta sudah ada, bagus! Ber-AC, modern, ada local guidenya dan yang paling penting GRATIS loh!

Sixth!
Seventh!


Eight!

 Ninth! 

 Tenth!

Jadi intinya, peluang bisnis itu bisa kita temukan diiiiiimanaaaa saja dan kaaaapan saja. Yang penting kita jeli serta mampu berpikir di luar dari yang sudah ada, kreatif dan inovatif. Bahkan hanya dengan naik bus gratis keliling ibukota (yang gagal naik, jadinya jalan kaki ke Monas) saja, gw bisa dapet banyak banget peluang. 

Minggu, 19 Oktober 2014

Pengembangan Kecil Namun Bermanfaat Besar

Siang ini Minggu, 19 Oktober 2014, gw nonton acara TV Hot Kiss yang tayang selama satu jam di Indosiar dari pukul 14.00-15.00. Selama satu jam acara berlangsung, gw mengamati iklan-iklannya dan ternyata semua berjumlah 62 kali iklan (banyak yaa) dengan variasi 41 produk. Jenis iklan pun bervariasi. Dan setelah gw kalkulasi, ini dia faktanya. Ternyata persentasi jenis produk tertinggi ada pada produk pertanian yaitu sebesar 37%, kemudian disusul produk kecantikan 19%, obat-obatan 17%, pembersih rumah 15%, iklan layanan pemerintah dan acara dari stasiun TV itu sendiri 7%, dan terakhir produk elektronik 5%. 

Dari sejumlah iklan tersebut gw tertarik akan 1 produk hasil pertanian bangsa kita, yaitu Nissin Wafer. Nissin Wafer ini tersedia dalam berbagai varian rasa, mulai dari Milk, Chocolate, Strawberry, Coffee Mocca, Peanut, Banana, Coconut, Lemon, sampai dengan Raisin. 

Banyak banget ya. Gw suka banget wafer ini karena wafernya ga terlalu padat seperti waffer-waffer lainnya dan pastinya harganya lebih terjangkau. 


Tapi ada satu hal yang gw sayangkan. Gw rasa hal ini simpel tapi sangat bermanfaat dan bisa mengembangkan produk Nissin Wafer. Gw pengen Nissin Wafer mengembangkan sisi packagingnya. Karena isi dari 1 bungkus waffer cukup banyak, akan lebih efektif bila di kemasan plastiknya disertai klip roll dari kawat di sisi kanan dan kirinya. Jadi ketika kita mengkonsumsi dan masih ada sisa wafer yang belum habis, kita tidak perlu repot mengareti, mentaples, atau memasukkan waffer ke dalam toples untuk menjaga kerenyahan waffer. Kita cukup menggulungnya saja, kemudian kemasan akan tertutup rapat. Sebenarnya tipe packaging seperti ini sudah marak digunakan di luar negeri, tetapi masih agak jarang diterapkan di Indonesia. 

Konsepnya simpel saja, hanya menambahkan sedikit kawat di dalam kemasan. Biayanya pun tidak tinggi serta tidak perlu mengadakan reseach. 

Tantangan dalam melakukan pengembangan ini menurut gw hanya pada harga jual yang harus sedikit meningkat karena adanya biaya tambahan. Tapi gw yakin inovasi ini akan sangat bermanfaat. Apalagi waffer seperti ini sering dibawa untuk travelling atau cemilan di dalam tas, pasti orang-orang jarang membawa serta karet untuk mengareti wafer yang tersisa, dan akhirnya wafer jadi alot dan tidak enak lagi. 

Kampusku Sayangg....Ini Kritik dan Saranku

Hai hai hai hai! Selamat malam sobat Bloggers! Malam ini gw mau bercerita tentang beberapa kekurangan dari kampus gw. Sebut saja dia Kampus Tercinta (jangan menyebut merk sembarangan..wkwkwkwk). Kampus gw ini berlokasi di bilangan Jakarta Utara dan berkonsentrasi di jurusan-jurusan yang berbau ilmu bisnis. Nah gw sendiri adalah salah satu dari mahasiswinya dengan jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan sekarang duduk di semester 3. 

Menurut gw, performa kampus gw ini mulai menurun dalam beberapa tahun belakangan ini. Dulu, mungkin 3 tahun yang lalu, kampus gw cukup diminati dan ternama untuk ilmu bisnis S1. Namun seiring berjalannya waktu, banyak banget perkembangan di dunia pendidikan dan banyak bermunculan universitas-universitas baru yang lebih elite serta lebih menjanjikan. Jadinya kampus gw ini jadi kurang diminati. Untungnya kampus gw ini cukup lihai dalam mempromosikan kampusnya. Karena pasar Jakarta sudah kurang berminat dengan kampus gw, jadi kampus gw lebih banyak melakukan pemasaran keluar Jakarta. Alhasil banyaaaaaak banget temen-temen gw yang justru dateng dari luar Jakarta, bahkan jauh-jauh banget. Ada yang dari Jambi, Pontianak, Bandung, Palembang, Bali, Manado, dan lain-lain. Justru yang dari Jakarta jadi seperti kaum minoritas. Itu gak jadi masalah sih, mengubah target pasar memang sah-sah aja. Tapi, menurut gw, justru yang menjadi masalah adalah internal dari kampus itu sendiri, baik dari sisi pendidikannya ataupun fasilitasnya. 

Sebelum gw menjabarkan kekurangan -kekurangan dari Kampus tercinta, gw akan kasih tau dulu berapa biaya kuliah gw. Supaya kalian juga punya perbandingan dan patokan. Uang masuk gw Rp 20 juta melalui jalur prestasi (bukan jalur biasa), uang semester-an nya Rp 4jutaan, dan per sks-nya Rp 250.000. Dengan harga segitu, banyak kampus-kampus lain yang lebih bagus dengan harga yang sama. 

Sekarang mari gw jabarkan:

1. Kantin yang sok elite, sok bersih, tapi 0 besar
Tepat ketika gw masuk ke Kampus Tercinta ini, kantin direnovasi jadi versi berAC seperti foodcourt. Tapi justru semua penghuni kampus sepertinya berkomentar gak puas, bahkan dosen pun juga berpendapat sama. Enak sih jadi berAC, tapi makanannya gak beragam. Penjual makanan disana dikuasai 1 orang yang denger-denger saudara rektor. Makanannya gak beragam dan setiap hari itu-itu aja, cuma makanan padat nasi lauk pauk. Dan yang paling penting harganya mahal ga pake otak. Dikira yang beli anak pejabat kali ya. Masa 1x makan bisa mengorek kocek 25ribu hanya nasi, daging, dan 1 sayur yang dimana rasanya jauh enakan masakan warteg pinggir jalan. Alhasil semua mahasiswa kalau ga kepepet banget ga bakal makan di kantin kampus, mending jalan sedikit panas-panasan ke tempat lain. 

Masih soal kantin juga, selain makanan yang mahal ada masalah lain juga. Jadi cara pembayarannya menggunakan saldo top-up kartu kemahasiswaan. Menurut gw justru itu jauh lebih merepotkan. Selain harus repot ngantri isi saldo dulu, kita sering jadi gatau berapa harga dari makanan atau minuman yang kita beli. Karena gaada struk atau tanda pembelian apa-apa. Kita cuma kasih kartu trus didebet sama petugas kantin, dan mereka jarang banget bilang berapa yang didebet, kita harus sengaja nanya.

Pelayan di kantin pun ga gerak cepat, pelayanan lama dan ga ramah. Kalau disuruh pilih antara kantin berAC dengan makanan mahal ga enak atau kantin panas dengan makanan enak murah meriah banyak pilihan, gw yakin 99% menjawab pilihan no 2. 

Menurut gw penyelesaian dari hal ini gampang aja sih. KANTIN GAK BOLEH DIMONOPOLI OLEH 1 PENJUAL. Gak adil banget semua pedagang yang dulu diusir dan diganti 1 pihak yang ternyata saudara dari rektor.

2. Ngakunya kampus bisnis, tapi kok ga boleh jualan di kampus untuk cari dana
Sampe sekarang gw ga ngerti kenapa kampus melarang mahasiswa-mahasiswanya untuk mencari dana lewat berjualan di kampus. Okelah, katanya anak bisnis cari dana gak lewat cara macam begitu. Pakai cara lain yang lebih bagus, misalnya cari sponsor, dll. Tapi nyatanya kampus juga ga memperbolehkan pihak sponsor untuk buka stand di kampus. Padahal kan justru itu poin keuntungan yang paling diharapkan perusahaan sponsor. Di luar dari itu apa sih yang bisa ditawarkan dari kita? Yaaa paling pasang nama perusahaan sponsor di banner, bus, baju dan atribut lainnya, atau bagi brosur. Padahal sponsor yang diharapkan bernominal besar tapi masa imbalannya cuma itu saja, mana worth it untuk perusahaan itu. 

3. Koneksi WIFI menyedihkan

Kalau didenger memang sih keren, kampusnya ada WIFI lohhhh!!!! Tapi belom selesai kalimatnya. Ada WIFI loh tapi gatau deh bisa jalan atau gak, terus kayaknya di kelas ini ga nyampe deh jaringannya. Padahal dengan uang per semester seharga itu, gw rasa cukup deh untuk mengupgrade jaringan WIFI.

Itu adalah beberapa poin yang bisa meningkatkan kualitas pembelajaran di kampus. Semoga aja semua bisa terealisasi. Semoga kampus ini bisa terus maju!