Hai hai hai hai! Selamat malam sobat Bloggers! Malam ini gw mau bercerita tentang beberapa kekurangan dari kampus gw. Sebut saja dia Kampus Tercinta (jangan menyebut merk sembarangan..wkwkwkwk). Kampus gw ini berlokasi di bilangan Jakarta Utara dan berkonsentrasi di jurusan-jurusan yang berbau ilmu bisnis. Nah gw sendiri adalah salah satu dari mahasiswinya dengan jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan sekarang duduk di semester 3.
Menurut gw, performa kampus gw ini mulai menurun dalam beberapa tahun belakangan ini. Dulu, mungkin 3 tahun yang lalu, kampus gw cukup diminati dan ternama untuk ilmu bisnis S1. Namun seiring berjalannya waktu, banyak banget perkembangan di dunia pendidikan dan banyak bermunculan universitas-universitas baru yang lebih elite serta lebih menjanjikan. Jadinya kampus gw ini jadi kurang diminati. Untungnya kampus gw ini cukup lihai dalam mempromosikan kampusnya. Karena pasar Jakarta sudah kurang berminat dengan kampus gw, jadi kampus gw lebih banyak melakukan pemasaran keluar Jakarta. Alhasil banyaaaaaak banget temen-temen gw yang justru dateng dari luar Jakarta, bahkan jauh-jauh banget. Ada yang dari Jambi, Pontianak, Bandung, Palembang, Bali, Manado, dan lain-lain. Justru yang dari Jakarta jadi seperti kaum minoritas. Itu gak jadi masalah sih, mengubah target pasar memang sah-sah aja. Tapi, menurut gw, justru yang menjadi masalah adalah internal dari kampus itu sendiri, baik dari sisi pendidikannya ataupun fasilitasnya.
Sebelum gw menjabarkan kekurangan -kekurangan dari Kampus tercinta, gw akan kasih tau dulu berapa biaya kuliah gw. Supaya kalian juga punya perbandingan dan patokan. Uang masuk gw Rp 20 juta melalui jalur prestasi (bukan jalur biasa), uang semester-an nya Rp 4jutaan, dan per sks-nya Rp 250.000. Dengan harga segitu, banyak kampus-kampus lain yang lebih bagus dengan harga yang sama.
Sekarang mari gw jabarkan:
1. Kantin yang sok elite, sok bersih, tapi 0 besar
Tepat ketika gw masuk ke Kampus Tercinta ini, kantin direnovasi jadi versi berAC seperti foodcourt. Tapi justru semua penghuni kampus sepertinya berkomentar gak puas, bahkan dosen pun juga berpendapat sama. Enak sih jadi berAC, tapi makanannya gak beragam. Penjual makanan disana dikuasai 1 orang yang denger-denger saudara rektor. Makanannya gak beragam dan setiap hari itu-itu aja, cuma makanan padat nasi lauk pauk. Dan yang paling penting harganya mahal ga pake otak. Dikira yang beli anak pejabat kali ya. Masa 1x makan bisa mengorek kocek 25ribu hanya nasi, daging, dan 1 sayur yang dimana rasanya jauh enakan masakan warteg pinggir jalan. Alhasil semua mahasiswa kalau ga kepepet banget ga bakal makan di kantin kampus, mending jalan sedikit panas-panasan ke tempat lain.
Masih soal kantin juga, selain makanan yang mahal ada masalah lain juga. Jadi cara pembayarannya menggunakan saldo top-up kartu kemahasiswaan. Menurut gw justru itu jauh lebih merepotkan. Selain harus repot ngantri isi saldo dulu, kita sering jadi gatau berapa harga dari makanan atau minuman yang kita beli. Karena gaada struk atau tanda pembelian apa-apa. Kita cuma kasih kartu trus didebet sama petugas kantin, dan mereka jarang banget bilang berapa yang didebet, kita harus sengaja nanya.
Pelayan di kantin pun ga gerak cepat, pelayanan lama dan ga ramah. Kalau disuruh pilih antara kantin berAC dengan makanan mahal ga enak atau kantin panas dengan makanan enak murah meriah banyak pilihan, gw yakin 99% menjawab pilihan no 2.
Menurut gw penyelesaian dari hal ini gampang aja sih. KANTIN GAK BOLEH DIMONOPOLI OLEH 1 PENJUAL. Gak adil banget semua pedagang yang dulu diusir dan diganti 1 pihak yang ternyata saudara dari rektor.
2. Ngakunya kampus bisnis, tapi kok ga boleh jualan di kampus untuk cari dana
Sampe sekarang gw ga ngerti kenapa kampus melarang mahasiswa-mahasiswanya untuk mencari dana lewat berjualan di kampus. Okelah, katanya anak bisnis cari dana gak lewat cara macam begitu. Pakai cara lain yang lebih bagus, misalnya cari sponsor, dll. Tapi nyatanya kampus juga ga memperbolehkan pihak sponsor untuk buka stand di kampus. Padahal kan justru itu poin keuntungan yang paling diharapkan perusahaan sponsor. Di luar dari itu apa sih yang bisa ditawarkan dari kita? Yaaa paling pasang nama perusahaan sponsor di banner, bus, baju dan atribut lainnya, atau bagi brosur. Padahal sponsor yang diharapkan bernominal besar tapi masa imbalannya cuma itu saja, mana worth it untuk perusahaan itu.
3. Koneksi WIFI menyedihkan
Kalau didenger memang sih keren, kampusnya ada WIFI lohhhh!!!! Tapi belom selesai kalimatnya. Ada WIFI loh tapi gatau deh bisa jalan atau gak, terus kayaknya di kelas ini ga nyampe deh jaringannya. Padahal dengan uang per semester seharga itu, gw rasa cukup deh untuk mengupgrade jaringan WIFI.
Itu adalah beberapa poin yang bisa meningkatkan kualitas pembelajaran di kampus. Semoga aja semua bisa terealisasi. Semoga kampus ini bisa terus maju!